AT-TIBAQ DAN AL-MUQABALAH DALAM KHUTBAH ABU BAKAR AS-SHIDDIQ DAN ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN

AT-TIBAQ DAN AL-MUQABALAH
DALAM KHUTBAH ABU BAKAR AS-SHIDDIQ DAN ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN
Oleh : Zahra Nailin Ni’ma
( 15/ 385677/ SA/ 18196 )
A.    PENDAHULUAN
Suatu bangsa yang maju dan berbudaya dapat dilihat dari hasil karya kesusastraan dari bahasa nasionalnya. Karena hasil karya tersebut dapat dikenal oleh generasi mendatang dari sejarah kesusastraan. Hal tersebut juga berlaku bagi bangsa Arab sehingga dapat diketahui sejarah kesusatraan Arab. Adapun kesusastraan Arab dibagi menjadi lima periode; antara lain : zaman jahiliyyah, zaman islam, zaman Abasiyyah, zaman pemerintahan Turki dan zaman modern.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa bangsa Arab adalah suatu bangsa yang hidup di alam bebas, jauh dari segala pengaruh kebudayaan asing. Mereka tidak pernah tunduk pada siapapun juga. Karena itu tidak heran bila mereka pandai sekali untuk mengkhayal apa saja yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Gejolak hati mereka dikeluarkan lewat syair sesuai dengan kepandaian penyair itu sendiri. (Al- Muhdar, Yunus Ali dan Bey Arifin.1983 : 28). Disamping munculnya berbagai syair pada periode yang berbeda-beda, ada karya sastra berupa khutbah pada zaman islam.
Kelahiran islam pada bangsa Arab membawa banyak pengaruh dalam kehidupan masyarakat Arab.Termasuk mempengaruhi corak pemikiran masyarakat Arab yang berpengaruh pada hasil karya sastra pada periode itu. Perubahan yang timbul dalam kesustraan Arab Jahiliyyah sesudah datangnya agama islam dapat disimpulkan dalam tiga hal; Penghapusan sebagian corak kesusastraan Arab Jahiliyyah, menciptakan corak baru sesuai dengan islam, dan mengembangkan corak lama sesuai dengan ajaran islam. Yang dihapus oleh islam dari kesustraan Jahiliyyah seperti puisi yang di dalamnya mantra, yang biasa digunakan oleh dukun ( black magic ). Corak baru sesuai dengan islam diantaranya munculnya perundang-undangan dan tata cara sesuai syariat islam serta munculnya berbagai ilmu yang berkaitan dengan bahasa seperti ilmu balaghah, ilmu nahwu, ilmu ‘arudh dan masih banyak lainnya. Sedangkan corak lama dari kesusastraan Arab pada zaman jahiliyyah yang dikembangkan sesuai dengan islam adalah syair dan khutbah, karena kedua macam corak ini sangat besar jasanya pada penyiaran dakwah islam dalam bangsa Arab dan bangsa Arab sangat gemar kepada kedua bidang sastra ini.
Dengan adanya khutbah yang merupakan karya sastra pada zaman jahiliyyah dan tetap di pertahankan pada zaman kelahiran islam, saya ingin mengetahui bagaimana bentuk, isi dan maksud khutbah dari Nabi Muhammad SAW maupun para pembesar Arab lainnya.



B.     PENGERTIAN AT-TIBAQ DAN AL-MUQABALAH
Sebelum menganalisa tibaq dan muqabalah dalam khutbah Abu Bakar As-Siddiq dan ‘Utsman bin ‘Affan, perlu dipahami makna tibaq dan muqabalah menurut bahasa maupun istilah dalam ilmu badi’ balaghoh.
Dalam ilmu badi’ balaghoh, ada dua macam keindahan atau dalam bahasa Arab disebut dengan almukhasinat. Dua macam keindahan tersebut adalah; keindahan lafadzi dan keindahan maknawi. Diatara keindahan maknawi dalam ilmu badi’ balaghoh adalah tibaq dan muqabalah.
الطباق فى اللغة : تسمى المطابقة, و التكافؤ, و التضاد. و هو التعاكس
Tibaq adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu macam. Dibagi menjadi dua macam, tibaq ijab dan tibaq salab. Namun, dilihat dari bentuknya, tibaq dibagi menjadi empat; tibaq ismaini, fi’laini, kharfaini dan lafdzaini min nau’iyati mukhtalifaini. (Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman. 1994 : 403 )
المقابلة فى اللغة : المواجهة
Muqabalah adalah didatangkannya dua makna atau lebih di bagian awal kalimat, lalu didatangkan makna-makna yang berlawanan dengannya secara tertib pada bagian akhir dari kalimat tersebut. (Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman. 1994 : 409 ) Adapun bentuk muqabalah ada bermacam-macam, antara lain; muqabalah jumlah bi jumlah, muqabalah jumlatain bi jumlatain, muqabalah tsalatsah bi tsalatsah, muqabalah arbaah bi arbaah dan muqabalah khomsah bi khomsah.

C.    AT-TIBAQ DAN AL-MUQABALAH DALAM KHUTBAH ABU BAKAR AS-SHIDDIQ DAN ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN
v    خطبة أبى بكر بعد البيعة :
" أيها الناس إنّى ولّيتُ عليكم و لست بخيركم فإن رأيتمونى على حقّ فأعينونى و إن رأيتمونى على باطل فسددونى, أطيعونى ما أطعت الله فإذا عصيته فلا طاعة لى عليكم : ألا إنّ أقواكم عندى الضعيف حتّى أخذ الحقّ له و أضعفكم عندى القويّ حتّى أخذ الحقّ منه, أقول قولى هذا و أستغفرالله لى و لكم "
Adapun tibaq dan muqabalah pada khutbah Abu Bakar adalah :
1.     المقابلة هكذا :
الجملة الأولى : ( فإن رأيتمونى على حقّ فأعينونى )
الجملة الثانية : ( و إن رأيتمونى على باطل فسددونى )
Kalimat di atas termasuk dalam muqabalah jumlah bi jumlah. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya satu kalimat, kemudian datang kalimat selanjutnya dengan makna berlawanan.
2.     المقابلة هكذا :
الجملة الأولى : ( إنّ أقواكم عندى الضعيف حتى أخذ الحق له )
الجملة الثانية : ( و أضعفكم عندى القويّ حتى أخذ الحق منه )
Kalimat di atas termasuk dalam muqabalah jumlah bi jumlah. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya satu kalimat, kemudian datang kalimat selanjutnya dengan makna yang berlawanan.
3.     فإذا عصيته فلا طاعة لى عليكم.
Pada penggalan khutbah di atas, kata عصيته berlawanan dengan kata طاعة Dilihat dari dua kata tersebut, tibaq di atas tergolong tibaqul ijab karena terdapat dua kata yang berlawanan tanpa adanya adatu nafyi. Sedangkan dilihat dari bentuknya, termasuk dalam tibaq lafdzaini min nau’iyati mukhtalifaini karena kata pertama fi’il  dan kata kedua merupakan ism.
v    خطبة عثمان ابن عفان :
كانت أخر خطبة خطبها عثمان ابن عفان رضي الله عنه :
" إنّ الله عزّ و جلّ إنّما أعطاكم الدّنيا لتطلبوا بها الأخرة و لم يعطكمها لتركنوا إليها. إنّ الدنيا تفنى و الأخرة تبقى , فلا تبطرنكم الفانية  و لا تشغلنكم عن الباقية فأثروا ما يبقى على ما يفنى فإنّ الدنيا منقطعة, و أنّ المصير إلى الله. اتقوا الله جلّ و عزّ, فإنّ تقواه جنّة من بأسه, و وسيلة عنده و احذروا من اله الغير و الزموا جماعتكم. لا تصيروأ أحزابا و اذكروا نعمة الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا."
Dalam akhir Khutbah ‘Utsman bin ‘affan ini, dapat ditemukan beberapa muqabalah dan tibaq.
1.      المقابلة هكذا :
الجملة الأولى : ( إنّ الدنيا تفنى )
الجملة الثانية : (و الأخرة تبقى )
Kalimat di atas termasuk dalam muqabalah jumlah bi jumlah. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya satu kalimat, kemudian datang kalimat selanjutnya dengan makna berlawanan.
2.      المقابلة هكذا :
الجملة الأولى : (فلا تبطرنكم الفانية )
الجملة الثانية : (و لا تشغلنكم عن الباقية )
Kalimat di atas termasuk dalam muqabalah jumlah bi jumlah. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya satu kalimat, kemudian datang kalimat selanjutnya dengan makna berlawanan.
3.      إنّ الله عزّ و جلّ إنّما أعطاكم الدّنيا لتطلبوا بها الأخرة
Pada penggalan khutbah di atas, kata الدّنيا berlawanan dengan kata الأخرة . Dilihat dari dua kata tersebut, tibaq di atas tergolong tibaqul ijab karena terdapat dua kata yang berlawanan tanpa adanya adatu nafyi. Sedangkan dilihat dari bentuknya, termasuk dalam tibaq ismaini karena kata pertama dan kata kedua merupakan ism.
4.      فأثروا ما يبقى على ما يفنى
Pada penggalan khutbah di atas, kata يبقى berlawanan dengan kata يفنى . Dilihat dari dua kata tersebut, tibaq di atas tergolong tibaqul ijab karena terdapat dua kata yang berlawanan tanpa adanya adatu nafyi. Sedangkan dilihat dari bentuknya, termasuk dalam tibaq fi’laini karena kata pertama dan kata kedua merupakan fi’il.

5.      إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا
Pada penggalan khutbah di atas, kata أعداء berlawanan dengan kataإخوان  . Dilihat dari dua kata tersebut, tibaq di atas tergolong tibaqul ijab karena terdapat dua kata yang berlawanan tanpa adanya adatu nafyi. Sedangkan dilihat dari bentuknya, termasuk dalam tibaq ismaini karena kata pertama dan kata kedua merupakan ism.
D.    KESIMPULAN
Dari khutbah Abu Bakar dan ‘Utsaman bin ‘Affan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua muqabalah pada khutbah Abu Bakar dan dua muqabalah pada khutbah ‘Utsman bin ‘Affan. Adapun semua muqabalah yang ada pada kedua khutbah di atas merupakan muqabalah jumlah bi jumlah.
            Ada satu tibaq dalam khutbah Abu Bakar dan tiga tibaq dalam khutbah ‘Utsman bin ‘Affan. Semua tibaq yang ada dalam khutbah Abu Bakar dan Utsman bin ‘Affan merupakan tibaq ijab, yaitu tibaq tanpa adanya adatu nafyi. Untuk bentuk tibaq , ada tibaq lafdzaini min nau’iyati mukhtalifaini pada khutbah Abu Bakar. Sedangkan pada khutbah ‘Utsman bin ‘Affan ada tibaq ismaini dan fi’laini.

DAFTAR PUSTAKA
Al- Muhdar, Yunus Ali dan Bey Arifin.1983. Sejarah Kesusastraan Arab. Surabaya : Bina
            Ilmu
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman. 1994. Terjemah Al-Balaghah al-Wadhihah. Bandung :
Sinar Baru Algesindo
Munawir, Ahmad Warson. 1997. Munawwir : Kamus Arab-Indonesia. Surabaya : Pustaka
Progresif
Qismul Manhaji Dirosi. 2004. Tarikh Adabul ‘Arabiy juz awwal. Ponorogo : Darussalam Gontor.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ayo belajar balaghoh. "Tasybih Tamtsil"

RESENSI NOVEL “NATHAN DAN LAURA”